Rakyat Gaza Anggap Mahkamah Internasional Gagal Hadapi Israel
Rakyat Palestina di Gaza mengungkapkan kekecewaan terhadap Mahkamah Internasional atau International Court of Justice’s (ICJ) yang tak memberikan keputusan terhadap Israel agar menghentikan serangan mereka.
Israel sebelumnya telah digiring ke ICJ oleh Afrika Selatan dengan tuduhan tindakan genosida terhadap rakyat Israel, setelah negara zionis itu selama hampir empat bulan menyerbu jalur Gaza dengan bom dan serangan darat.
Pada Jumat kemarin, ICJ hanya mengeluarkan serangkaian keputusan sementara yang mengharuskan Israel untuk mematuhi Konvensi Genosida 1948, mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan membahas laporan genosida oleh negara penuntut
Namun, https://totokas138.store/ Mahkamah Internasional itu gagal memerintahkan gencatan senjata segera atau mendesak Israel menghentikan semua aktivitas militer di wilayah tersebut.
Padahal, lebih dari 26.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober dan sekitar 1,9 juta orang menjadi pengungsi, berdasarkan catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB.
Berdasarkan laporan Al Jazeera, banyak masyarakat Gaza yang mengatakan kecewa, namun tidak terkejut terhadap keputusan ICJ. Mereka mengatakan tidak mempercayai komunitas internasional, atau sistem peradilan global, karena sejauh ini lembaga internasional gagal mengakhiri pertumpahan darah di wilayah itu.
Foto: Reuters TV
Reuters TV |
Di antara mereka yang menyatakan hal itu adalah Ahmed al-Naffar, 54 tahun. Ahmed menjadi warga Gaza yang mengikuti jalannya pengumuman sidang ICJ di luar Rumah Sakit Martir al-Aqsa di Deir el-Balah, Gaza tengah, pada Jumat.
“Meskipun saya tidak mempercayai komunitas internasional, saya memiliki secercah harapan bahwa pengadilan akan memutuskan gencatan senjata di Gaza,” kata al-Naffar kepadal Al Jazeera, dikutip Sabtu (27/1/2024).
Ahmed al-Naffar tak sampai selesai mendengar keseluruhan proses persidangan itu, karena keputusan yang diumumkan menurutnya telah membuktikan bahwa “Mahkamah Internasional adalah sebuah kegagalan.”
“Sayangnya, tidak ada seorang pun yang mampu menangani seruan gencatan senjata. Semua orang menyaksikan pemusnahan kami tanpa mengambil tindakan untuk mendorong gencatan senjata yang serius,” ucap Ayah enam anak ini tang telah mengungsi di halaman al-Aqsa Martyrs’ Hospital sakit, bersama ratusan warga Palestina lainnya.
Foto: Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di sebuah masjid, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 24 Januari 2024. (REUTERS/STAFF)
|
Ahmed mengatakan, rakyat Gaza saat ini tidak menginginkan bantuan atau makanan. Rakyat Palestina di Gaza saat ini menurutnta lebih menginginkan gencatan senjata, diakhirinya perang, dan kembalinya Gaza (Kota) sebagai tempat hidup yang layak seperti sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, awal bulan ini, Afrika Selatan meminta ICJ untuk memerintahkan penghentian kampanye militer Israel yang telah menghancurkan Gaza. Afrika Selatan mengajukan sembilan perintah ke pengadilan. Diantaranya ada yang mengarahkan Israel untuk memfasilitasi dan bukan menghalangi penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Saat ini, bantuan yang masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah hanya memenuhi kurang dari 30 persen kebutuhan wilayah tersebut, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Baik jumlah maupun jenis bantuan dikendalikan oleh Israel, yang telah melakukan pengepungan total terhadap Gaza sejak dimulainya serangan.
Lain halnya dengan Ahmed al-Naffar, pengungsi Palestina di Gaza lainnya, yakni Mohammad al-Minawi mengatakan merasa tidak ada gunanya mendengarkan keputusan ICJ.
Foto: Orang-orang berdoa di samping jenazah, termasuk warga Palestina yang tewas dalam serangan Israel di Khan Younis, di Rafah di Jalur Gaza selatan 24 Januari, 2024. (REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA)
|
Ayah lima anak berusia 45 tahun itu saat ini berlindung di tenda di luar Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa. Dia terpaksa meninggalkan rumahnya di daerah al-Mughraqa, sebelah timur Kota Gaza, ketika rumahnya diserang tentara Israel.
Seperti ratusan ribu orang lainnya, dia menuju ke selatan sesuai instruksi militer Israel.
“Saya tidak optimis… Sayangnya, tidak ada yang bisa menghentikan Israel,” kata al-Minawi kepada Al Jazeera.
Meskipun demikian, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Afrika Selatan, dan menggambarkan apa yang dilakukan Afrika Selatan dalam mengajukan gugatan terhadap Israel sebagai sesuatu yang “belum pernah terjadi sebelumnya”. Namun, ia menambahkan, jika negara lain diam saja, tindakan Afrika Selatan itu tidak cukup.
“Tidak ada pencegahan bagi Israel. Semua keputusan internasional dan diplomatik mendukungnya, dan tidak ada akuntabilitas,” kata al-Minawi.
Ia menekankan, jika Israel peduli terhadap hukum internasional, pasukannya tidak akan membunuh “begitu banyak perempuan dan anak-anak di Gaza dan menghancurkan semua rumah kami,” katanya.
Foto: Warga Palestina memeriksa lokasi serangan Israel di sebuah masjid, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 24 Januari 2024. (REUTERS/STAFF)
|
“Semua orang mengatakan ‘kami akan mengirimkan bantuan.’ Israel membunuh kami dan Anda mendesak untuk mengirimkan bantuan? Bagaimana kalau memberi kami perlindungan.”
Israel telah menampik tuduhan genosida, dan sering memboikot pengadilan internasional maupun investigasi yang dilakukan PBB, dengan menuduh upaya itu tidak adil dan bias.